Tema Umum: PASKAH YAHUDI – PASKAH KITA
Sub Tema : PASKAH KITA – PASKAH EKOLOGI
Kata Kunci: Paskah, Melewati, Penyerahan Diri, Keselamatan, Ekologi Lingkungan hidup)
BY. Fransiskus Xaverius Uhe Manuk, S. Fil
(Tulisan ini telah diseminarkan
Bersama Prof. Hendrik Ataupah (alm) di Oekabiti)
PASKAH KITA – PASKAH EKOLOGI
Sentilan
Awal!
Paskah, perayaan kebangkitan; membawa kemenangan bagi bangsa manusia.
Kasih Allah yang mahabesar menghantar umat manusia menuju oase kehidupan.
Paskah adalah lahan yang menyiapkan gudang kebahagiaan bagi kehidupan manusia
menuju bonum commune; yaitu kembali ke asal dari mana manusia itu berasal
(rumah Bapa)
Hakikatnya, Paskah, sebuah istilah-nama bahkan sebuah paguyuban besar yng
tak lagi asing bagi penggemar keselamatan apalagi orang-orang berinisial
Kristen. Bagi umat Kristen Paskah itu Pesta, perayaan akhbar; yang dirayakan
turun-temurun dari generasi- ke generasi. Oleh karena itu Paskah dalam hal ini
tergolong perayaan tertua baik bagi bangsa Israel maupun bagi umat Kristen. Hal
ini beralasan; karena Paskah merupakan perayaan penghubung antara Perjanjian
Lama dan Perjanjian Baru bahkan Paskah itu sendiri di sebut oleh Paus Leo Agung
(440-461) sebagai festum-festorum
“perayaan dari semua perayaan” dan Natal hanya dirayakan untuk mempersiapkan
Perayaan Paskah.
Oleh karena itu, sesuai Injil, tak diragukan lagi bahwa Paskah merupakan perayaan
khidmad merayakan kebangkitan Kristus. Dalam tradisi Gereja Barat, Paskah
dirayakan pada hari Minggu pertama sesudah bulan purnama baru, yang terjadi
pada atau segera sesudah vernal atau equinox musim semi. Penanggalan ini
ditetapkan oleh Konsili Nicea pada tahun 325. Dengan demikian, Paskah dapat
berkisar antara 22 Maret hingga 25 April bagi umat Kristen pada umumnya.
I. Terminologi (Term: Paskah; Ekologi)
Etimologi kata itu sendiri.
A. Paskah
1. Istilah Paskah (Yunani: Πάσχα-Paskha) atau berasal dari Alkitab Ibrani, yang pertama kali disebutkan dalam Kitab Keluaran (Pesakh berarti
melewatkan) Dalam
bahasa Inggris, istilahnya diterjemahkan menjadi Passover, yang
berarti melewatkan. Perayaan ini sebenarnya berasal dari perayaan
Keni yang diberi makna baru oleh Israel. Bagi Israel, perayaan ini
adalah hari peringatan akan terlepasnya mereka dari perbudakan bangsa
Mesir. Wabah terakhir dari wabah di Mesir, yaitu pembunuhan atas semua
anak sulung, seperti halnya wabah-wabah lainnya, tidak melanda bangsa Israel.
Torah menyatakan bahwa ketika melihat percikan darah anak domba di pintu-pintu
rumah orang Israel, Allah melewatkan rumah-rumah mereka. Kata
kerja aslinya dalam Torah adalah posach. Bentuk kata bendanya, pesach,
juga muncul pada pasal yang sama, dalam acuan kepada anak domba itu.
“Lalu Musa
memanggil semua tua-tua Israel serta berkata kepada mereka: “Pergilah, ambillah
kambing domba untuk kaummu dan sembelihlah anak domba Paskah.” (Keluaran 12:
21) (kadang-kadang juga diacu sebagai anak domba Paskah) yang
dikurbankan sebelumnya hari itu dan kemudian dimakan pada malam itu: “Dan
beginilah kamu memakannya: pinggangmu berikat, kasut pada kakimu dan tongkat di
tanganmu; buru-burulah kamu memakannya; itulah Paskah bagi TUHAN.” (Keluaran
12:11) “Pada bulan pertama, pada tanggal empat belas bulan itu haruslah kamu
merayakan hari raya Paskah, dan selama tujuh hari kamu harus makan roti yang
tidak beragi.” (Yehezkiel 45: 21) Itulah makna Paskah bagi bangsa Israel dan
pertama kali dirayakan di Mesir, sebagai peringatan pelepasan perbudakan bangsa
Israel di Mesir yang oleh Nabi Musa dibawa keluar dari Mesir, dan peringatan
akan Paskah setiap tahun selalu dirayakan.
2.
Paskah (bahasa Yunani: Πάσχα atau Páscha)
adalah perayaan terpenting dalam tahun liturgi gerejawi Kristen. Bagi umat Kristen, Paskah identik dengan Yesus, yang oleh Paulus disebut sebagai
"anak domba Paskah"; jemaat Kristen hingga saat ini percaya bahwa Yesus disalibkan, mati dan dikuburkan,
dan pada hari yang ketiga bangkit dari antara
orang mati. Paskah merayakan hari kebangkitan
tersebut dan merupakan perayaan yang terpenting karena memperingati peristiwa yang paling sakral dalam
hidup Yesus.
B. Ekologi
1. Istilah
Ekologi berasal dari bahasa Yunani Oikos
(habitat, tempat tinggal atau rumah) dan Logos
(ilmu). Secara harafiahnya: upaya manusia untuk mempelajari hubungan makluk
ciptaan dan lingkungan hidupnya.
2. Istilah
Paskah bergandengan dengan istilah Ekologi, mau menggugah dan meretas kesadaran
dan kehadiran eko-sistem yang tercipta bagi dunia kita. Sebuah lingkungan hidup
yang tumbuh dan berkembang dalam keseimbangan seluruh makluk didalamnya. Sikap
saling tergantung, saling menerima dan saling menghormati memang menjadi dasar
dari seluruh eko-sistem lingkungan ekologis kita.
II.
Paskah Yahudi !
Paskah
dalam kalangan orang Yahudi bertujuan untuk memperingati karya agung Allah
dalam pembebasan umat Israel dari penindasan orang Mesir. Karya itu ditandai
dengan malaikat maut yang membunuh semua anak sulung Mesir tetapi “melewati” (=
paskah) rumah-rumah orang Ibrani, karena rumah mereka ditandai dengan darah
anak domba. Uraian tentang peraturan perayaan Paskah mereka bisa dilihat dalam
Kel 12:1-27. Di situ disampaikan tentang praktek perayaan Paskah orang Ibrani,
misalnya pada ay. 9 diceritakan bagaimana cara memasak domba paskah, yaitu, “Janganlah
kamu memakannya mentah atau direbus dalam air; hanya dipanggang di api, lengkap
dengan kepalanya dan betisnya dan isi perutnya.”
Pada
peringatan Paskah orang Yahudi ini unsur utama adalah “domba paskah”, dan juga
ditandai oleh sifat kekeluargaan (ay. 3-4). Sedangkan peringatannya diadakan
bulan pertama Nisan atau juga disebut bulan Abib (Kel 23:15). Bulan itu jatuh
sekitar bulan Maret dari kalender kita. Di Israel saat itu bersamaan dengan
musim semi. Pada musim itu padang-padang mulai menumbuhkan rerumputan dan
menjadi saat ajang penggembalaan ternak. Sedangkan tanggal 15 bulan itu adalah
saat bulan purnama. Ini adalah ciri yang sangat khas pada semua peribadatan
yang didasarkan atas tahun lunar.
Dari
sini kita dapat mengatakan bahwa inti perayaan Paskah Yahudi adalah: pada
tanggal 14 Nisan, sore hari, menyembelih domba paskah dan mengoleskan sebagian
darahnya pada kedua tiang pintu rumah dan ambang atas rumah (bdk. Kel 12:
7); lalu pada tanggal 15 Nisan, malam hari, menyantap domba paskah. Upacara ini
dilakukan sebagai suatu peringatan pembebasan dari perbudakan Mesir dan makna
itu disampaikan terus menerus kepada keturunan mereka (bdk. Kel 12 :26-27).
Hari raya Yahudi ini terikat dengan tanggal yang tetap, namun harinya
berubah-ubah.
Sebagai
seorang Yahudi, Yesus pun mengadakan perjamuan Paskah. Seperti kita ketahui, Ia
merayakannnya bersama para murid-Nya. Perjamuan malam terakhir yang dilakukan
Yesus bersama para murid-Nya menurut injil-injil sinoptik (bdk. Luk
22:15, Mrk 14:15, Mat 26:18) adalah perjamuan Paskah meskipun agak sedikit
berbeda dengan Injil Yohanes (lih. Yoh 18:28, 19:14). Walau demikian
perjamuan ini tetap terkait dengan pesta Paskah Yahudi dan pesta roti tak
beragi yang berlangsung selama seminggu (Mrk 14:1-2, 12-16). Kaitan inilah yang
menyebabkan orang Kristen awal dengan cepat melihat wafat dan kebangkitan Yesus
sebagai pemenuhan pembebasan dari Mesir yang diperingati dalam pesta Paskah.
Mereka mengimani Yesus sebagai anak Domba Paskah yang menghapus dosa-dosa dunia
(Yoh 1:29; 1 Kor 5:7).
Oleh karena itu kita dapat mengatakan, bahwa antara Paskah orang Yahudi dan Paskah
orang Kristen memang
ada kaitannya, namun keduanya juga memiliki perbedaan satu sama lain:
1. Kalau Paskah Yahudi memperingati pembebasan bangsa
Israel dari penindasan Firaun-Mesir,
2. Paskah Kristen lebih
dimaknai sebagai peringatan akan kebangkitan Kristus. Dia yang telah menderita,
wafat dan kini bangkit, itulah yang dirayakan.
Berkaitan dengan iman akan Yesus yang menderita, wafat dan bangkit
tersebut kita dapat menemukannya dalam Kitab Suci antara lain:
1.
“Anak Manusia harus diserahkan ke tangan orang-orang berdosa dan
disalibkan, dan akan bangkit pada hari yang ketiga" (Luk 24:7);
2.
Dan seperti dalam pewartaan Santo Petrus, “Dia
yang diserahkan Allah menurut maksud dan rencana-Nya, telah kamu salibkan dan
kamu bunuh oleh tangan bangsa-bangsa durhaka.Tetapi Allah membangkitkan Dia
dengan melepaskan Dia dari sengsara maut, karena tidak mungkin Ia tetap berada
dalam kuasa maut itu” (Kis 2:23-24);
3.
Serta apa yang dinyatakan dalam 1 Kor 15:3-4, “Sebab
yang sangat penting telah kusampaikan kepadamu, yaitu apa yang telah kuterima
sendiri, ialah bahwa Kristus telah mati karena dosa-dosa kita, sesuai dengan
Kitab Suci, bahwa Ia telah dikuburkan dan bahwa Ia telah dibangkitkan, pada hari yang ketiga, sesuai
dengan Kitab Suci.”
Semua
yang disampaikan ini adalah inti iman Kristen
dan hal
itulah yang dirayakan dalam perayaan Paskah. Orang Kristen mengimani bahwa
berkat kematian dan kebangkitan Yesus, semua orang memperoleh hidup abadi.
Peristiwa wafat dan kebangkitan merupakan landasan iman Kristen, dan Paskah
adalah perayaan kebangkitan Kristus yang wafat di Salib (yang dikenangkan pada
hari Jumat Agung).
Dengan
demikian bagi orang Kristen, perayaan Paskah adalah pesta utama dan puncak
semua pesta pada tahun liturgi karena secara langsung menunjuk pada misteri
penyelamatan Allah terhadap manusia yang terjadi melalui Yesus Kristus. Melihat kembali perayaan Paskah dalam
sejarah kekristenan, kita dapat mengatakan bahwa karena maknanya yang mendalam
tersebut, perayaan Paskah juga merupakan perayaan yang paling awal dan paling
penting dalam penghayatan iman Kristen.
Di sisi lain berbicara tentang perayaan Paskah, kita tidak dapat
memisahkannya dengan dua hari sebelumnya yakni Ekaristi pada Kamis Putih dan
ibadat pada Jumat Agung. Kesatuan ini menunjuk pada suatu rangkaian yang tak
terpisahkan antara misteri sengsara, wafat dan kebangkitan Tuhan. Di pihak lain
melalui ketiga hari ini (yang biasa disebut Tri Hari Suci atau Tri Hari
Paskah), Gereja mau mengenangkan langkah-langkah perjalanan Tuhan Yesus dari
dunia ini menuju Allah Bapa.
III.
Paskah Kristen
Ketika tiba saatnya, Yesus duduk makan bersama-sama
dengan rasul-rasul-Nya. Kata-Nya kepada mereka: “Aku sangat rindu makan Paskah
ini bersama-sama dengan kamu, sebelum Aku menderita. Sebab Aku berkata
kepadamu: Aku tidak akan memakannya lagi sampai ia beroleh kegenapannya dalam
Kerajaan Allah.” Kemudian Ia mengambil sebuah cawan, mengucap syukur, lalu
berkata: “Ambillah ini dan bagikanlah di antara kamu.
Sebab Aku berkata kepada kamu: mulai dari sekarang ini
Aku tidak akan minum lagi hasil pokok anggur sampai Kerajaan Allah telah
datang.” Lalu Ia mengambil roti, mengucap syukur, memecah-mecahkannya dan
memberikannya kepada mereka, kata-Nya: “Inilah tubuh-Ku yang diserahkan bagi
kamu; perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku.” Demikian juga dibuat-Nya
dengan cawan sesudah makan; Ia berkata: “Cawan ini adalah perjanjian baru oleh
darah-Ku, yang ditumpahkan bagi kamu. Tetapi, lihat, tangan orang yang menyerahkan
Aku, ada bersama dengan Aku di meja ini. Sebab Anak Manusia memang akan pergi
seperti yang telah ditetapkan, akan tetapi, celakalah orang yang olehnya Ia
diserahkan!” (Lukas 22 : 14 - 22)
Ini merupakan Perayaan
Paskah terakhir yang ditetapkan Nabi Musa bagi umat Kristen. Karena sejak itu
Paskah bagi umat Kristen adalah pengorbanan domba Paskah yaitu Penyaliban Yesus sendiri di bukit Golgota untuk
menebus dosa-dosa manusia. ” Buanglah ragi yang lama itu, supaya kamu menjadi
adonan yang baru, sebab kamu memang tidak beragi. Sebab anak domba Paskah kita
juga telah disembelih, yaitu Kristus.” (1Korintus 5:7).
Dengan demikian Paskah Pertama Bani Israel (Nabi Musa) memiliki persamaan dengan Paskah Pertama Umat Kristen, yakni:
1. Mengambil seekor domba
umur satu tahun;
Yesus Kristus Anak Domba
Allah (1Korintus 5:7)
2. Domba disembelih (Keluaran 12: 6) dan Firaun menyerah;
Yesus mati tersalib darahNya tercurah sehingga mengakibatkan terjadi penebusan dan kekalahan
iblis (1Korintus15:54-57)
3. Hancurnya kekerasan hati
Raja Firaun;
Hancurnya kuasa iblis
dan maut yang menguasai manusia
4. Kelepasan Bani Israel dari kuasa Firaun Raja Mesis;
Kelepasan untuk semua
manusia yang mau percaya dan menerima Tuhan Yesus Tuhan dan Juru Selamat
Dalam konteks ini, proses
Paskah bertujuan untuk mencapai Kelepasan, yakni:
1.
Bagi orang Israel Paskah, adalah Kelepasan dari kekuasaan atau
perbudakan Firaun Raja Mesir; yang sangat kuat mengikat/mencangkram dan
menjajah. Sehingga Allah menginginkan umat Israel menjadi bangsa terpilih dan
merdeka yang hanya dipersiapkan bebas untuk mengadakan ibadah kepada Allah
(Keluaran 5:1 Dan Keluaran 9:1); dan
2.
Bagi umat Kristen pada umumnya yang percaya dan taat
kepada Tuhan, Paskah, adalah Kelepasan dari kuasa iblis, dosa,
kedagingan, keduniawian dan maut/kematian. Agar melanjutkan ibadah yang
benar sampai memasuki kesempurnaan untuk menyiapkan hari kedatangan Tuhan Yesus
yang kedua, untuk hidup kekal selama-lamanya.
IV. PASKAH KITA – PASKAH EKOLOGI
4.1
Paskah (Iman Kristen) dan Tanggung Jawab Ekologi
Berbincang soal aksi pemberitaan/penginjilan khabar gembira yang dari Tuhan kepada setiap manusia yang percaya kepada Kristus, merupakan bukti kesadaran kita bahwa manusia akan binasa
tanpa Kristus. Tumbuh dan
berkembangnya pemahaman manusia tentang kehidupan yang
bahagia dewasa ini mendapat perhatian ekstra dari berbagai kalangan umum maupun
secara khusus dari kalangan Kristen, bahwa keselamatan hanya datang dari penyerahan total kehidupan kita
kepada Kristus. Seandainya Kristus tidak bangkit berarti sia-sialah
iman kita.
Pernyataan Kitab Suci, menantang kita bahwa Allah
dalam Perjanjian Lama melewati bangsa Israel dan kelompok ini mendapat
keselamatan. Malaikat maut pembawa kematian harus melewati kamp-dan-rumah-rumah
milik orang Israel dan membiarkan mereka selamat dan diselamatkan karena iman
dan ketaatan kepada tanggapan janji Allah. Hal serupa juga sama persis dalam
paguyupan Paskah Kristen.
Paskah Kristen, bermula dari tanggapan terhadap iman
akan Kristus yang bangkit. Paskah dalam Perjanjian Lama, anak domba menjadi
pokok bagi Allah untuk melewati mereka dan selamat. Sedangkan Paskah dalam
Perjanjian Baru, Yesus Kristus sebagai pokok keselamatan yang oleh sengsara,
wafat dan kebangkitanNya, bangsa manusia diselamatkan dan kuasa dosa dan maut
dikalahkan. Darah Yesus yang menetes membasahi tanah membentang kehidupan baru
bagi alam dan manusia dan Mengimani Yesus sebagai Anak Domba Paskah, dosa-dosa
dunia dihapuskan (Yoh. 1:29; 1 Kor. 5:7).
Kristus, sebagai Anak Domba Paskah telah dikurbankan
karena kejahatan dunia dan oleh kebangkitanNya dari kematian dunia dan manusia
diselamatkan. Adakah umat manusia pada umumnya dan umat Kristen pada khususnya;
Adakah kita telah memberikan diri seutuhnya pada Tuhan dengan berbagai aksi
kehidupan untuk membangun GerejaNya di dunia ini ? Tuhan tidak pernah menuntut
banyak hal yang harus kita perbuat bagi dunia dan GerejaNya. Tuhan menginginkan
kita mewartakan khabar gembira sengsara, wafat dan kebangkitanNya kepada Dunia,
mengembangkan GerejaNYa dan menjadikannya sebagai tolok ukur iman kita, yaitu
Kitab Suci.
Lantas Kita Bertanya
Cukupkah sebagai orang beriman
kepada Kristus hanya melakukan pewartaan?
Mungkinkah penginjilan bisa dilakukan tatkala
lingkungan hidup kita sudah rusak?
Jika lapisan ozon
sudah bocor kelak, es abadi meleleh akibat pemanasan global yang mengakibatkan
pulau-pulau tenggelam. Mungkinkah di masa itu, kita masih punya waktu melakukan
pewartaan?
Dapatkah
kita merasa nyaman dalam bekerja dan membangun Gereja Kristus dalam keadaan
panas atau hujan dan angin tiada henti dengan baik? Sementara para penebang
liar, tak bertanggung jawab terus mencuil kekayaan alam dengan aksi penebangan
dan pembabakan hutan besar-besaran.
Dalam kondisi tidak adanya persahabatan antara manusia
dan alam, pewartaan iman mungkin saja dapat terjadi atau pun tidak terjadi sama
sekali; akan tetapi kondisi dilema ini memungkinkan alam dengan caranya
tersendiri merubah kediaman manusia menjadi pesta bencana; malapeta ketakutan
manusia membludak. Adakah pewartaan iman
dan iman kepada Kristus dapat terjadi ataukah manusia dengan caranya tersendiri
mempersalahkah Tuhan ?
Kembali Ke Tanggung Jawab Orang Kristen Kepada Alam Disekitarnya. Memang harus diakui, terlalu banyak
persoalan yang kita hadapi di bumi ini. Di mulai semangat pewartaan/penginjilan, cara pewartaan/penginjilan,
sampai persoalan internal Gereja yang runyam akibat tidak
bertumbuhnya iman Umat/Jemaat. Kapan kita berbicara dan melakukan tanggung jawab
sosial, khususnya masalah lingkungan
hidup yang semakin kritis?
Dalam tulisan ini, saya berasumsi persolan internal Gereja
sebentar lagi akan selesai. Di waktu pembenahan internal Gereja ini, saya mau
mengajak orang Kristen mulai memikirkan sikap
iman kita kepada lingkungan hidup yang makin kritis ini. Tentunya dimulai
dari diri kita sendiri, terutama
perilaku kita setiap harinya dalam berelasi dengan alam sekita kita. DI sini
mau ditegaskan bahwa persoalan lingkungan ekologis adalah juga persoalan hidup
iman kita.
Mari kita lihat bersama; sekarang ini orang berbicara
tentang berbagai tema seputar kerusakan alam. Saat yang tepat pula manusia
mengalami perubahan dalam iklim cuaca di atas bumi. Konteks ini, manusia kurang
memperhatikan soal keseimbangan antara hidup manusia dalam hubungannya dengan
alam lingkungan.. Persoalan ini, yang kita sebut ekologi. Dalam konteks ekologis luas, manusia sedang mengalami krisis ekologis mendalam dengan
dampak-dampak yang sangat mempengaruhi kelanjutan kehidupan di atas bumi kita.
Kita sedang berada pada titik berbahaya. Lihat saja, peristiwa-peristiwa sedih
terus melanda hidup manusia, baik secara kodrati berasal dari alam sendiri
maupun dari pihak tanggung jawab manusia itu sendiri.
Kita renungkan bersama; Keseimbangan seluruh makluk ciptaan
bersama pencipta adalah wujud paling mulia dari apa yang disebut ekologi. Kebersamaan organis yang
dianugerahkan dalam penciptaan adalah dasar keselarasan yang berada dalam
masing-masing makluk ciptaan. Di sini terletak perutusan masing-masing untuk
member dan mengambil peran dalam membangun hidup yang saling menghormati dan saling
menghargai di antara segala makluk ciptaan, khususnya antar manusia.
Jelas bahwa ekologi
terwujud dalam keragaman dan Nampaknya berbeda: manusia, tetumbuhan, binatang
serta tanah dengan pelbagai makluk hayati lainnya. Keragaman ini adalah
keindahan serta kekayaan yang memerlukan pemeliharaan, pengembangan dan bahkan
pemberdayaan. Prinsipnya semua tercipta untuk mengambil peran demi kebaikan
bersama.
Seperti;
1.
Perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi, adalah sarana untuk mengembangkan kemampuan
manusia dalam menjaga dan memberdayakan daya dukung alam bagi keberlanjutan keselarasan hidup di
atas bumi kita.
2.
Jejaringan
antar seluruh makluk tercipta bertujuan untuk mewujudkan keselarasan hidup, di
mana setiap makluk memaklumkan dan mengalami Kemuliaan Tuhan Allah.
Dalam nada
iman; ekologi adalah wujud pemakluman Kabar Gembira
dalam dunia yang cepat berubah dengan pelbagai peluang dan tantangan. Peduli
ekologi dalam hidup iman berhubungan dengan perutusan keadilan menuju
perdamaian seluruh makluk ciptaan dalam keutuhannya.
4.2
Lingkungan Hidup Kita
Manusia menemukan diri dalam dunia. Dunia ini, menurut
iman kita, tercipta oleh Allah demi kebaikan bersama seluruh makluk ciptaan.
Tuhan menganugerahkan kepada manusia tanah, air, udara sebagai lingkungan hidup
yang tertata dalam keseimbangan.
Kenyataan, banyak persoalan muncul dalam dunia kita:
pengundulan hutan, kekurangan air, udara yang tercemar dan pelbagai kerusakan
alam tercipta. Di sini manusia menemukan diri terperangkap dalam pelbagai
kesulitan dan tantangan bahkan kesedihan dalam hubungan dengan lingkungan hidup
ini.
Manusia baik sendiri maupun bersama-sama, dengan aneka
usaha dan cara berupaya untuk memulihkan keadaan. Tetapi terdapat juga manusia
yang serakah, sehingga mereka tidak peduli apa yang terjadi pada lingkungan
hidup, alam tercipta. Karena keserakahan hidup segelintir manusia tetap
membahayakan serta mengancam lingkungan hidup yang tertib; bahkan pokok
persoalan dan tantangan hidup manusia semakin dasyat dewasa ini.
Di sini kita butuh permenungan; Dunia kita adalah hasil ciptaan
Tuhan. Sekuruh makluk ciptaan mempunyai tanggung jawab untuk menjaga hidup
bersama. Manusia mendapat tugas dan tanggung jawab khusus untuk memperhatikan
keselarasan hidup seluruhnya. Manusia ambil bagian atau berpartisipasi dalam
karya penciptaan Tuhan secara istimewa. Manusia tercipta menurut gambaran dan
keserupaan dengan Allah sendiri. Khususnya manusia mendapat anugerah akal budi.
Dengan akal budinya, manusia menguasai
alam ciptaan seluruhnya. Manusia mendapat tugas ekologis, yaitu memelihara
keutuhan alam semesta demi kebaikan manusia sendiri. Namun dalam kenyataannya
manusia selalu tidak setia dengan tanggugn jawabnya. Lingkungan hidup yang
tertib berubah oleh karena kerakusan dan keserakahan manusia.
Dengan bahasa iman; Manusia berdosa terhadap karya
penciptaan Allah. Tuhan memberikan kehendak bebas kepada manusia: manusia bebas
mengambil keputusan dan nyatanya keputusan manusia seringkali bertentangan
dengan kesetiaan pada perjanjian karya penciptaan Tuhan sendiri.
Akhirnya; Bagaimana manusia dapat memperbaiki keadaan ini ?
Manusia (Kita) harus sadar kembali akan pentingnya
tanggung jawab kita bersama apa yang diperintahkan Tuhan kepada kita, yaitu
mengambil bagian dalam karya ciptaanNya dengan segenap hati, yaitu berani
berkarya dalam keseimbangan dengan perisikap yang murah hati dan rendah hati.
V. KESIMPULAN
5.1 Paskah
Tuhan lewat dan bangsa Israel selamat serta dibebaskan dari perbudakan di Mesir; Kristus sengsara, wafat, dan bangkit mulia kita terlepas dari belenggu dosa dan maut, kita diselamatkan.
Itulah hakikat paskah bagi bangsa Israel dan bangsa Kristen. Bahwa Allah adalah kasih dan sumber kehidupan dalam penyelenggaraan bagi kehidupan manusia. Manusia diselamatkan bukan karena kerja keras manusiawi melainkan kehendak bebas dari Allah.
Prinsipnya, kita sebagai manusia menjalankan perintah (Torah) Allah dengan penyerahan diri secara total dalam membingkai kehidupan kita di dunia ini, maka Allah pula akan menepati janji-janjiNya kepada kita. Bahwa bukan kita bersungut-sungut seperti bangsa terpilih melainkan kita berserah sambil menjalankan apa yang menjadi rencanaNya, yaitu memuliakan Tuhan, melestarikan alam ciptaan dan kita hidup bahagia dalam keluarga, masyarakat dan bangsa kita.
5.2 Ekologi
Lingkungan ekologis adalah anugerah Allah bagi manusia. Kita sejatinya harus menjaga dan memeliharanya. Dengan penyajian masalah ekologi, kita disadarkan kembali akan tanggung jawab kita untuk menyayangi lingkungan hidup kita, serta membangunnya kembali.
Dengan selalu bersyukur kepada Allah atas anugerah ini, kita membangun sikap dan perilaku yang selalu mendukung daya lingkungan hidup di dunia kita, agar kita boleh merasakan betapa baik dan mulianya lingkungan yang tercipta Tuhan bagi kita. Teladan Yesus Kristus yang taat sampai wafat di Salib menjadi kekuatan bagi kita guna membangun keadilan dan perdamaian dalam lingkungan hidup ini.
Kita mesti memelihara dan mengembangkan lingkungan hidup, agar kita semua dapat mengalami kegembiraan serta ketercukupan dalam menunaikan tugas kita selama perjalanan bersama di atas bumi. Drngan menjadi cerdas melalui ilmu pengetahuan dan teknologi, mudah-mudahan kita semakin rendah hati dan murah hati mengelola lingkungan ekologis, sumber hidup kita bersama dengan rasa syukur dan penuh tanggung jawab. Kita bersatu dalam mempersembahkan seluruh ciptaan dalam keseimbangan kepada Allah, sumber kehidupan manusia.
VI. SUMBER
1. Alkitab
2. Konferensi Waligereja Indonesia (KWI), IMAN KATOLIK Buku Informasi Dan Referensi, Yogyakarta: Kanisius, Obor, 1996
3. Komisi Internasioanl untuk Keadilan, Perdamaian dan Keutuhan Ciptaan (KPKC), BUKU PEGANGAN BAGI PROMOTOR KEADILAN, PERDAMAIAN DAN KEUTUHAN CIPTAAN, Yogyakarta: Kanisius, 2001
4. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Versi Offline – Edisi III, 2010
5. Keuskupan Agung Kupang (KAK), KATEKESE EKOLOGI, 2012-2013
6. Internet
Tidak ada komentar:
Posting Komentar